JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhum dan HAM) menyatakan tidak ada motif apapun dalam pemberian grasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Deni Setia Maharwa alias Rapi Mohammed Majid dengan Keppres Nomor 7/G/2012. Sejauh ini Deni juga bukan bandar narkoba besar, tetapi hanya kurir.
"Tidak ada motif apapun dalam penggunaan kewenangan Presiden memberikan grasi dan mengubah hukuman mati Deni menjadi hukuman penjara seumur hidup," kata Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Amir Syamsuddin di Jakarta, Senin (15/10).
Dia menjelaskan, Presiden SBY berulangkali memohon pengampunan atas hukuman mati yang dialami WNI di luar negeri. "Dan tidak sedikit yang membuahkan hasil. Terakhir seorang WNI yang telah luput dari tiang gantungan hanya beberapa saat sebelum dieksekusi di Malaysia. Ini adalah karena upaya beliau yang kalau perlu berulang-ulang memohon pengampunan," ujarnya.
Atas pertimbangan itu juga, lanjut Amir, dengan cara yang selektif dan terukur, Presiden telah memilih narapidana hukuman mati tertentu untuk dapat diampuni dari hukuman mati. Kemudian mengubah hukumannya menjadi seumur hidup. "Ini tentunya dilakukan semata-mata dengan pertimbangan kemanusiaan," tandasnya.
Dia menambahkan, Deni adalah PNS dari Pemkab Sukabumi yang memiliki istri yang bekerja sebagai guru sekolah dan seorang anak. Terpidana tergoda untuk mendapat upah yang tidak seberapa mau menjadi kurir pengantar narkoba ke London, namun tertangkap di bandara. "Deni bukanlah bandar pengendali bisnis narkoba dan bukan pula produsen narkoba. Dia hanya orang kecil yang mimpi bisa membayar hutang dan mengatasi problem ekonominya yang pas-pasan," ungkap Amir.
Kisah itu pula, kata Amir, diceritakan Deni dalam surat permohonan pengampunan dan grasinya kepada Presiden. "Presiden telah menggunakan kewenangan konstitusionalnya dengan cara yang sah. Sebagai Menkum dan HAM, saya telah memberikan pendapat dan setuju dalam pemberian grasi kepada Deni yang saat ini menjalani hukuman seumur hidup di Lapas Batu Nusakambangan," kata Amir. (lum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar